Kembalikan Pesona Makanan di Rumah
Pagi-pagi lihat postingan ini di Instagram berasa dejavu, pagi itu bungsuku yang berusia 3 tahun bilang, "dede mau makan di sana, makan di tempatnya". Saya sempat bingung, dan berpikir, "ooh maksudnya dede mau sarapan di warung bubur sana?". Suatu siang, dalam perjalanan pulang sekolah, si kakak bilang bahwa ia mau makan di tempat biasa beli lele goreng. Saya memang sering beli lele goreng di sana, dan beberapa kali terpaksa makan di tempatnya kalau tidak ada nasi di rumah. Hmm...jangan-jangan mereka sudah terpesona dengan makanan warung?!😐
Bisa iya bisa tidak, namun secara sadar atau tidak sadar, sebenarnya saya telah membentuk kebiasaan makan makanan warung dan restoran, bukan makan masakan rumah sendiri. Dengan dalih tidak sempat ke pasar, repot, atau tepatnya malas, tidak mengapa lah sering membeli makanan. Bahkan pernah berpikir masaknya nanti saja, masak bareng, kan asyik, kalau mereka sudah pada besar. Owh...sungguh bukan pemikiran yang baik. Terlebih setelah baca postingan ini, duh, berasa dijitak.
Dan sekarang, ya mungkin mereka sudah mulai terpesona dengan makanan di luar. Apalagi sekarang begitu banyak cafe atau restoran yang menyajikan variasi menu yang menarik. Hal menantang bagi saya yang memang hobi kulineran. Jangan sampai terbentuk pada pikiran anak yang belum sempurna akalnya. Belum saatnya.
Saya pun teringat masa kecil saya yang jarang sekali makan di luar. Sebulan sekali seingat saya bapak rutin mengajak kami ke warung seafood beratap tenda, sekitar 100 meter jaraknya dari rumah. Mama memang seorang ibu rumah tangga tulen, tidak bekerja di ranah publik. Setiap hari selalu masak, makanan sudah siap tersaji di meja makan ketika saya pulang sekolah. Tentu ini sesuatu yang berkesan buat anak-anaknya. Begitu banyak manfaat dan hikmah bila ibu memasak untuk keluarga😊.
Sebenarnya sudah terpikirkan beberapa hari ini untuk selalu berusaha masak. Seperti hari ini, sudah ke pasar dan masak. Sayur bening, tempe goreng tepung, sambal kecap, chicken pop, chicken wing. Semoga terus konsisten ya mak, karena memulai itu mudah namun mempertahankannya yang sulit. Semangat!
Ketulusan dan keikhlasan ibu lah yang membuat masakan begitu penuh pesona❤.
Bisa iya bisa tidak, namun secara sadar atau tidak sadar, sebenarnya saya telah membentuk kebiasaan makan makanan warung dan restoran, bukan makan masakan rumah sendiri. Dengan dalih tidak sempat ke pasar, repot, atau tepatnya malas, tidak mengapa lah sering membeli makanan. Bahkan pernah berpikir masaknya nanti saja, masak bareng, kan asyik, kalau mereka sudah pada besar. Owh...sungguh bukan pemikiran yang baik. Terlebih setelah baca postingan ini, duh, berasa dijitak.
Dan sekarang, ya mungkin mereka sudah mulai terpesona dengan makanan di luar. Apalagi sekarang begitu banyak cafe atau restoran yang menyajikan variasi menu yang menarik. Hal menantang bagi saya yang memang hobi kulineran. Jangan sampai terbentuk pada pikiran anak yang belum sempurna akalnya. Belum saatnya.
Saya pun teringat masa kecil saya yang jarang sekali makan di luar. Sebulan sekali seingat saya bapak rutin mengajak kami ke warung seafood beratap tenda, sekitar 100 meter jaraknya dari rumah. Mama memang seorang ibu rumah tangga tulen, tidak bekerja di ranah publik. Setiap hari selalu masak, makanan sudah siap tersaji di meja makan ketika saya pulang sekolah. Tentu ini sesuatu yang berkesan buat anak-anaknya. Begitu banyak manfaat dan hikmah bila ibu memasak untuk keluarga😊.
Sebenarnya sudah terpikirkan beberapa hari ini untuk selalu berusaha masak. Seperti hari ini, sudah ke pasar dan masak. Sayur bening, tempe goreng tepung, sambal kecap, chicken pop, chicken wing. Semoga terus konsisten ya mak, karena memulai itu mudah namun mempertahankannya yang sulit. Semangat!
Ketulusan dan keikhlasan ibu lah yang membuat masakan begitu penuh pesona❤.
#TantanganRumlitIPBekasi
#DiariIbuProfesional
#CeritaIbu
#CeritaKeluarga
#CeritaKita
Mba kikie lebih keren😘
ReplyDelete