Posts

Showing posts from 2018

Syukur

Kau bilang itu syukur? Mana, sedekahmu? Yang sebenarnya hanya ingin membawa nama besarmu. Mana, shalatmu? Yang hanya di rakaat pertama mengingat Allah, selanjutnya bercabang memikirkan banyak hal. Sekaliber Nabi Ibrahim, disebut Allah hanya kurang dari 10 kali bersyukur. Yang diminta Allah meninggalkan istrinya sendirian, yang diminta menyembelih anaknya… Maka jangan heran bila Rasulullah sampai bengkak berdarah dalam shalat, hanya karena ingin bersyukur pada Allah. Kau bilang sudah bersyukur? Anak nangis mengeluh, tumpah makanannya mengeluh. Makanan kurang pedas mengeluh, jemuran ga kering mengeluh, anak-anak berulah mengeluh… Tanpa sadar kita terus mengeluh atas nikmat-Nya. ...fabiayyi ‘ala irobbikuma tukadzdziban… Maka memang kau ini sangat sedikit sekali bersyukur ...qaliilan maa tasykuruun... ---- ZERO COMPLAIN💪 ---- (Makjleb kajian tafsir Ustadz MY di youtube😔) #TantanganRumlitIPBekasi #DiariIbuProfesional #CeritaIbu #Cer

Memilih Ibu di Masa Jahiliyah

Image
Dua minggu yang lalu, buku pesananku sudah mendarat cantik dirumah. Buku Biografi Istri dan Putri Nabi. Dan baru hari ini ku mulai membacanya.😁 Aku langsung tertarik pada pembukaan buku ini. Mengenai sifat wanita dan kedudukan seorang ibu dikawasan semenanjung Arab sebelum Rasululullah dilahirkan. Cerita yang banyak ku dapat saat kuliah, masa sebelum Rasul lahir adalah masa jahiliyah. Kejahiliyahan bangsa Arab terhadap wanita yaitu hanya menganggap wanita sebagai barang yang dinikmati seorang lelaki, bisa berganti-ganti sesukanya, juga anak-anak perempuan yang dikubur hidup-hidup, dan fenomena hina lainnya. Tapi yang disajikan  dalam buku ini sedikit berbeda, ada beberapa tulisan dari para ahli sejarah yang menunjukkan adanya semangat bangsa Arab untuk menjaga kemuliaan nasab, kesucian keluarga, dan kejernihan asal-usul, meski mereka berada di era jahiliyah. Sehingga tidak semua wanita saat itu tergolong hina, namun ada juga sekumpulan wanita mulia, dan pandai menjaga diri.

Air Oh Air

Satu bulan sudah air PDAM mengalir begitu sangat kecil dirumahku. Air dan baju kotor balapan, setiap hari hanya bisa cukup satu kali mencuci, air membilasnya ditampung lagi sampai besok. Akhirnya laundry terpaksa dipilih untuk sebagian cucian yang sudah menumpuk. Untuk mandi pun, sebagian terpaksa membeli air isi ulang, air tampungan tak cukup untuk mandi dan keperluan istiharah empat orang sekaligus. Satu galon 6000 rupiah, sekali pesan bisa 2-3 galon sehari. Akhirnya, pagi ini lapor ke kantor PDAM Bekasi, petugas langsung datang kerumah memeriksa siang harinya. Alhamdulillah sekarang air sudah normal kembali. Ternyata ada kerusakan di bagian saluran air. Ada yang harus diganti, 350.000 rupiah harganya, dibebankan pada konsumen. Saya ambil 400.000 rupiah, untuk sekalian ongkos petugasnya. Namun sayang, tidak ada nota resmi dari PDAM mengenai harga resmi alat yang dibeli tadi. Saya pun tidak memintanya. Saat aku kecil, air PDAM dipakai sebagai sumber air minum dirumah. Tapi

Manusiawi VS Imani

Saat itu ada seorang muslimah yang bertanya, “Bagaimana cara me- manage emosi, ketika kita sedang PMS atau haidh di hari-hari pertama, karena biasanya emosi jadi tidak stabil, dan yang terkena dampaknya adalah anak dan suami kita” Masih terngiang dalam ingatan saya, jawaban kalimat pertama ustadzah Oni, “sesuatu yang manusiawi jangan sampai mengalahkan yang imani” Kalimat sederhana yang maknanya sangat dalam dan luas, serta pas sekali dengan fenomena zaman sekarang. Baby blues adalah contoh lainnya. Baby blues memang sesuatu yang manusiawi, namun jangan sampai berlebihan seperti seorang muslimah yang tak beriman. Sedangkan kita tahu bagaimana Allah memberikan begitu banyak petunjuk dan keutamaan menjadi seorang ibu. PMS itu manusiawi, namun jangan sampai menjadi alasan kita boleh marah atau boleh emosi di depan suami dan anak-anak kita. Sedangkan kita sudah paham bagaimana Rasulullah mengajarkan tentang marah. Semoga Allah menguatkan kaki para istri dan para ibu untu

Sekolah Lesehan itu Menyenangkan

Image
Bulan November ini, genap lima bulan sudah aku mengajar di sekolah TK. TK Waladun Sholeh namanya. Ya, baru lima bulan, sebuah pengalaman baru yang menyenangkan. Dari kecil, cita-citaku memang ingin menjadi guru, “tapi bukan guru TK” kilahku saat itu. Manusia berencana, Allah yang menentukan, siapa sangka pada akhirnya ku harus mengajar anak-anak TK. Dua putrikulah motivasi terbesar hingga aku mau menjadi guru TK. Sekolah tempat ku mengajar duduknya lesehan, hanya ada meja-meja kecil untuk masing-masing anak, tidak ada bangku. Ternyata dengan cara lesehan ini punya kelebihan tersendiri. Yaitu kita menjadi dekat dengan anak. Anak-anak sering minta dipangku oleh guru, dipeluk anak dari belakang, kadang anak juga bersandar manja sambil mengalir cerita dari bibir mungilnya. Saya pun teringat dengan masa-masa TK saya dahulu. Karena bukan lesehan, kesempatan untuk minta dipangku atau gelendotan dengan ibu guru tidak ada. Bahkan memeluk pun sulit, karena perbedaan tinggi. Saat itu, inte

The Power of Emak-emak

Image
Salut sama emak-emak ini. Acara dengan 60 peserta dan segala perlengkapannya, berhasil di tata rapi dan lancar. Padahal mereka sudah beranak-pinak. Bayangkanlah, berapa cabang pikiran yang ada di otak mereka. Mungkin kalau bisa digambar dalam mind mapping, garisnya saling menindih, belok ke atas, bawah, miring, sampai balik lagi memutar seperti benang kusut. Namun yang diperlihatkan saat acara, hanya harus senyuman manis. Goresan-goresan bunga. Luar biasa. Mencetak dan memasang backdrop, membawa sekaligus memasang dua screen infocus yang panjang,berat. Menempel dekorasi paperflower, menyusun 60 bangku, 18 meja, membawa dan menggelar karpet. Membuat slide, video kompilasi, memasang infocus, dan bolak-balik cek konsumsi, mengambil foto lift, foto lorong, foto musholla. Berhasil mendapatkan lebih dari 10 sponsor. Semua dilakukan oleh emak-emak. Alhamdulillah seru dan bahagia hari ini, bisa belajar dari emak-emak nan inspiratif. Yang selama ini hanya bincang-bincang cantik via wh

Harus Kembar Baju

Image
Dengan jarak 20 bulan, dua putriku sering dikira kembar. Apalagi ketika baju yang mereka kenakan sama warna dan motifnya. Aku memang suka memakaikan mereka baju yang sama, walau tidak sering juga. Tapi ada satu kondisi, dimana aku mewajibkan mereka untuk pakai baju yang sama. Yaitu, ketika aku harus pergi ke suatu acara dengan mereka berdua, alias pergi bertiga saja. Mengasuh dua bocah saat keluar rumah tentu perlu fokus yang lebih daripada satu bocah. Dan memakaikan mereka baju yang sama memudahkan manajemen fokus kita. Silahkan dicoba ya mak😄. Beberapa keuntungan memakaikan anak-anak baju seragam bila keluar rumah: 1. Lebih mudah dikenali sebagai saudara Bila bajunya sama pasti dikira adik kakak, atau saudaraan. 2. Lebih mudah mengenalkan pada orang baru “Anaknya berapa mba?” “Dua mba, itu yang pake baju kembar pink pink” 3. Lebih mudah dicari “Mba, lihat dua anak pake baju sama warna biru garis-garis tidak?” Seperti hari ini, aku harus menyertakan dua bocah

Memulai Gaya yang Tidak Populer

Image
Populer sekali memang, semua mengakui telah melakukan gaya ini. Saya pun. Kasian anak-anak kita. Satu, dua, atau lebih, dari 12 gaya ini pernah dirasakan oleh mereka. Diperintah, disalahkan, diremehkan, dibandingkan, dicap, diancam, dinasehati, dibohongi, dihibur, dikritik, disindir, dianalisa. Oleh karenanya, sayang sekali bila bahasan yang saya dapat pada seminar parenting bersama bunda Elly Risman ini disimpan sendiri. Hari ini, s aya ingin membaginya pada  kajian rutin ibu-ibu wali murid TK tempat saya mengajar. Memperbaiki komunikasi adalah salah satu pilar dari “Tujuh Pilar Pengasuhan Anak Tangguh di Era Digital”. Ibu Elly menjabarkan berbagai kekeliruan orang tua dalam berkomunikasi dengan anak. Yang paling populer adalah 12 gaya ini. Ekspresi setuju pun serentak terlihat pada wajah ibu-ibu wali murid.  “Lalu bagaimana cara bicara yang baik sedangkan 12 gaya tersebut sudah menjadi gaya keseharian bicara pada anak?” Alhamdulillah solusinya simpel, namun perlu latiha

Kembalikan Pesona Makanan di Rumah

Image
Pagi-pagi lihat postingan ini di Instagram berasa dejavu, pagi itu bungsuku yang berusia 3 tahun bilang, "dede mau makan di sana, makan di tempatnya". Saya sempat bingung, dan berpikir, "ooh maksudnya dede mau sarapan di warung bubur sana?". Suatu siang, dalam perjalanan pulang sekolah, si kakak bilang bahwa ia mau makan di tempat biasa beli lele goreng. Saya memang sering beli lele goreng di sana, dan beberapa kali terpaksa makan di tempatnya kalau tidak ada nasi di rumah. Hmm...jangan-jangan mereka sudah terpesona dengan makanan warung?!😐 Bisa iya bisa tidak, namun secara sadar atau tidak sadar, sebenarnya saya telah membentuk kebiasaan makan makanan warung dan restoran, bukan makan masakan rumah sendiri. Dengan dalih tidak sempat ke pasar, repot, atau tepatnya malas, tidak mengapa lah sering membeli makanan. Bahkan pernah berpikir masaknya nanti saja, masak bareng, kan asyik, kalau mereka sudah pada besar. Owh...sungguh bukan pemikiran yang baik. Terlebih sete

Sehari di Kota Jogja

Image
Jalan-jalan kali ini rezeki banget, karena dapat tiket promo KAI Travel Fair. Fasilitas eksekutif, bayar ekonomi, yeay. Dan pas banget sekalian memenuhi undangan nikahan sepupu di Wonogiri. Nah keisengan keluarga singa pun muncul, kita memutuskan jalan-jalan dulu ke Jogja baru lanjut ke wonogiri pakai kereta Pramex Jogja-Solo. 1. Taman Pintar Kita mulai jalan jam 10 pagi. Padahal lebih enak kalau jalan lebih pagi, bisa tambah satu destinasi, tapi kasian anak-anak, karena sampe Jogja jam 3 dini hari. Pertama kesini dulu. Wisata ini cocok untuk anak-anak, wisata edukasi, ga jauh dari Malioboro. 2. Candi Prambanan Harus banget kesini, ternyata terlihat indah banget candi ini, megah, suka suka. 3. Candi Ratu Boko Ini salah satu lokasi syuting film AADC 2. Cukup 15 menit perjalanan dari candi Prambanan, berada di atas bukit. View nya bagus, bisa lihat kereta melaju dibawah. 4.  Pantai Parangtritis Sore hari kita menikmati sunset disini. Tapi sayang agak mendung jadi