Posts

Showing posts from 2007

Kabar Kontras dari Aceh

Kriing…kriiing… ”assalamu’alaikum…” “wa’alaikumsalam, duh Jo, ane lupa ni, besok ada penutupan panitia SEMUSIM di Kebun Raya Bogor , ane kan SC nya jadi harus kesana..” “Trus kenapa?” “Jo temenin ane doong.. ” “Mm.. gimana ya.. ya udah deh, ane juga gi pengen kabur ni besok, daripada di rumah, pasti diajak natalan…. Jam 6.20 pagi besok   lho… kita naik kereta   biar murah… ” “Siip…” “assalamu’alaikum” Mmh… kapan ya budaya ngaret bisa jadi sesuatu yang tidak dibiasakan, bahkan dalam komunitas yang katanya ‘nyunnah’ banget, masih suka mendzalimi saudara sendiri, janjinya sih jam 9.00 baru pada kumpul jam 10.30, ngga kasian apa sama kita yang udah berangkat dari rumah jam 7 pagi. Tapi ya… klo ukhuwah dah tertanam menghujam dalam hati terdalam (berlebihan) semua yang dialami bersama-sama terasa indah aja, kata   salah satu temen “itulah seninya ukhuwah…”, seni sih seni, tapi yang sopan dong. Mungkin kita masih harus banyak belajar tentang seni ukhuwah sebenarnya. Akhirnya kit

Generasi

Ini kisah tentang anak-anak aktivis da’wah. Sore itu, mereka tampak lincah, bermain penuh gairah, dan tertawa-tawa dalam canda yang sangat renyah. Tetapi sebentar. Ada yang membuat jerih dan ngeri dalam kata-kata anak itu saat seseorang mengusik persepsinya tentang sang Abi dan sang Ummi. “Besok kalau sudah besar, nggak mau ah jadi kayak Abi sama Ummi. Sibuk terus! Capek! Ngurusin orang melulu!” “Kasihan deh Ummi sama Abiku itu…” “Kenapa Dik?” Ya, kenapa. Karena mereka menyeksamai Abi dan Umminya. Dengan penyeksamaan seorang anak yang sederhana. Namun jernih. Namun murni. Benar. Mereka melihat orangtuanya adalah aktivis da’wah. Mereka melihat setiap hari Abi dan Umminya mengemban amanah mulia kesana kemari. Sesekali mereka terajak untuk melihat Abi dan Umminya mengisi ta’lim, menghadiri syuraa’, terlibat dalam pelayanan social, mendirikan lembaga, mengelola pendidikan Islam, dan seterusnya. Tetapi mereka juga melihat hal yang lain. Bahwa habisnya waktu ayah bundanya dalam aktivit

after ramadhan

Image
Sunyinya malam ini rindukanku tawa mereka, mereka adik-adik tanpa kesamaan darah telah kembalikan ceriaku, kerinduan memeluk indahnya ukhuwah, merangkulnya inginku menuju-Nya. Rabb... lindungi mereka, tunjukilah jalan-jalan cahaya-Mu, biarkan kami berbaris mencari jejak menuju pos keabadian cinta tersalur dalam bulir-bulir ukhuwah... Rabb, bimbing barisan kami... Bulan pengampunan telah tinggalkanku, sangat sedikit bahkan jauh dari kesempurnaan atas apa yang telah ku persembahkan mungkin tak pantas terbilang persembahan, langkahku kini melemah,, Rabb ampuni... izinkanku kembali menikmati hadiah dari rasa cinta-Mu, kan kujaga, kurawat dan kuhiasi dengan pernik terindah, inginku tak merasakan lelahnya menunggu.... Rabb bimbinglah hamba yang hina ini tuk selalu dalam kelelahan cinta-Mu. Esok ku harus kembali tunaikan amanah, amanah yang harus dilakukan dengan baik dan terbaik untuk cinta takkan habisku, Rabb beriku kekuatan dan kemudahan menjalaninya. Ketika keharusan mengikatku, cemas

sodaraan...ga da matinye!!

Bismillah... <!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--> Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Al-Hujurat:10) <!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--> “ Kita semua bersaudara.... “ mungkin itu singkatnya maksud dari surat cinta-Nya diatas. Dan satu hadits : Seseorang diantara kalian tidak (dikatakan) beriman sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. (Hadits) Begitu indahnya persaudaraan sesama umat muslim tergambar dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah. <!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--> Tetapi kita kadang tidak menyadari sikap terhadap teman-teman kita, saudara kita, masa yang lalu telah sangat indah dilalui bersama, ketika menangis bersama, tertawa bersama, lelah bersama, susah bersama, bernyanyi bersama sejenak hilangkan duka, ah... senyum ini akan selalu t

sebuah alasan

sudah berapa keringat, harta, waktu, jiwa, yang telah kita persembahkan... tetapi mengapa belum juga terlihat sinarnya... kemenangan bukannya khayalan bahkan sebuah janji dari-Nya tapi, kadang kita lupa, bahwa kemenangan hanyalah dari-Nya musuh dan kita sama, hanya kita taat dan mereka membantah namun, mengapa belum juga terlihat sinarnya... mungkin tanpa sadar dan bahkan seakan tidak peduli terhadap perbuatan kita perbuatan yang dapat merusak amal-amal kita melalaikan qiyam kita, tilawah kita, hati kita... perbuatan yang bahkan membuat kemenangan itu semakin jauh dan kita tak sadar... atau mungkin tak peduli... Rabb... Faghfirli... “Sesungguhnya kemenangan kaum Muslimin itu semata-mata hanya karena ketaatan kita kepada Allah SWT. Jika kita jauh dari Allah dan tidak taat kepada Allah, maka kemenangan akan menjauh dari kita. ” (syekh Abu Bakar, mujahidin Palestina)

H-2 Milad qu

untuk yang diam-diam mencintaiku, untuk yang berbisik membanggakanku, untuk yang selalu membuatku mudah, untuk yang membuatku selalu nyaman berada di barisan ini, untuk yang tak pernah memarahiku, untuk yang tak pernah melarangku, untuk yang selalu mencemaskanku, untuk yang selalu lelah agar kaki ini selalu sampai di Depok, untuk yang tak pernah menolak permintaanku, dan entah berapa untuk lagi yang harusnya dapat terungkap, dan mungkin sampai saat ini aq tak cukup memberikan untuk kepadanya, hanya segumam doa, sampai diakhir lelahnya... maafkan.... akhirnya qu mengerti mengapa qu harus selalu berada di barisan ini, barisan kesholihan... Rabb... tempatkan ia di sebaik-baik tempat... maaf kan segala kekhilafannya... bahwa ia tak pernah menghalangi ku untuk tetap berada di barisan ini...  "bahkan qu tak sempat mengucapkan 'aq mencintaimu ayah' "