Miniatur Dunia Akhwat

Akhwat 1
Usianya sudah lebih dari 30, namun belum jua dijemput sang mujahid sejati. Berawal dari merelakan laki-laki yang memintanya untuk saudari yang lain, bagaimana bisa? ya bisa, hati mana yang bisa menolak ketika seorang saudari datang sendiri meminta tolong agar laki-laki itu dijodohkan dengannya, karena ia telah begitu jatuh cinta. Disaat yang sama laki-laki itu sedang memintanya untuk bersedia menjadi istri. Keputusan akhir, ia merelakannya. Apakah ini sebuah kesalahan? dikatakan menolak jodoh? oh tentu saja tidak, demi Allah, jodoh tidak akan pernah tertukar. Dan ia meyakini itu, sehingga tidak pernah ada kesedihan diraut wajahnya, tidak pernah merelakan izzah dirinya hanya untuk mendapatkan seorang jodoh, tidak pernah terlihat kekhawatiran dalam dirinya. Bahkan, tak pernah absen dalam undangan walimah saudarinya yang seringnya berasal dari saudari yang jauh lebih muda darinya, juga tak pernah absen mengaji kecuali uzur yang berarti.

Akhwat 2
Berjodoh dengan laki-laki tak mengaji, tak menghalanginya untuk tetap hadir dalam pengajian. Dan suaminya selalu mengantarnya ke pengajian. Katanya, suaminya belum mau diajak ngaji, tapi dia mendukung penuh kalau istrinya tetap mengaji. Mungkin ini salah satu alasan ia menerima laki-laki yang telah menjadi suaminya walau tak mengaji.

Akhwat 3
Berjodoh dengan laki-laki tak mengaji, awalnya ia telah meyakini bahwa suaminya tidak akan mengganggu aktivitas ngaji nya, dan suaminya pun telah berjanji itu sebelum ia menerimanya. Bahkan katanya ingin juga ikut mengaji. Satu dua bulan berjalan lancar, namun semakin lama, semakin sering absen mengaji tanpa kabar. Belakangan dapat kabar karena kesibukan dan lelah karena sedang hamil. Hingga tidak pernah lagi datang mengaji.

Akhwat 4
Telah setahun lebih menikah namun belum dikaruniai seorang buah hati. Suka bercerita ia menginginkan sekali bisa hamil...ia pun telah berusaha untuk mendapatkannya, tetapi manusia hanya bisa berusaha Allah yang menentukan. Namun hal itu tak membuat izzah nya berkurang. Bisa dibilang rumahnya paling jauh diantara yang lain, tetapi tak menyurutkan langkah untuk tetap hadir mengaji. Suaminya pun setia mengantar jemput saat ia mengaji.

Akhwat 5
Menikah diusia muda, bersuamikan seorang nasyider yang cukup "charming", telah dikaruniai seorang anak tanpa menunggu lama. Begitu nikmatnya hidup akhwat ini, namun ia begitu mengerti perasaan saudari lainnya sehingga tak sesumbar berbagi kebahagiaan yang berlebihan, dijawab hanya jika ditanya, sederhana. Diantara yang lainnya ia sang penghulu hafalan, maklum lah jebolan pesantren. Walau sedang hamil tua, tetap tak menyurutkan langkahnya untuk tetap rutin mengaji walau tak di antar suami, bahkan pernah ikut aksi juga.

Akhwat 6
Baru kemarin ia lulus magister di universitas negeri ternama. Belum menikah, namun sempat minta di jodohkan dengan seorang laki-laki pilihannya, tak meragu untuk meminta duluan layak ummi Khadijah. Namun sayang belum berjodoh. Diantara lainnya ia yang paling tinggi tingkat akademisnya, namun tak serta merta terlihat seperti itu, ia dengan bersahaja masih dapat berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa terlihat meninggi dan lebih berintelek. Masukan-masukan dalam pengajiannya cukup berarti untuk dinamisasi berjalannya kajian.

Akhwat 7
Akhwat ini paling muda usianya, dan memang seorang yang periang dan manja walau telah bersuami. Setahun menikah, namun belum dikaruniai buah hati. Walau begitu, tak pernah terlihat sedih karenanya, dan memang setiap peristiwa selalu ceria wajahnya, bahkan saat ayahnya wafat, ia begitu tegar. Ia menjadi pemecah suasana saat situasi menegang. Bahkan sering ditanya kapan ia hamil dengan nada ledekan, namun ia senantiasa menyambut dengan candaan dan senyuman, tak pernah terlihat tersinggung.

Akhwat 8
Paling keibuan, sejuk wajahnya, telah dikaruniai seorang jundi, dan baru saja anak keduanya meninggal setelah 2 hari kelahirannya. Saat hamil kedua ini ia begitu gembira, karena telah dinanti dan juga katanya bayi perempuan. 7 bulan pertama baik-baik saja, namun setelah itu air ketubannya terlalu berlebihan, sehingga harus dilahirkan , dan Allah memintanya kembali. sempat 2 pekan tidak hadir ke pengajian, mungkin masih berduka, namun hanya dua pekan, setelah itu ia kembali rutin mengaji walaupun terlihat masih bersedih, tetapi ada jejak kesabaran dan ketegaran didalamnya. Anaknya sering hadir, dan begitu mirip sifatnya, cool, calm n confidence, bikin gemas.

Mereka, terkumpul dalam satu lingkaran, begitu berwarnanya. Dengan saling bertatap saja, rasa syukur seketika menumbuh. Dengan saling memperhatikan saja, rasa sabar saat itu juga membunga.

“Sungguh unik perkara orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur dan jika ia mendapat ujian ia bersabar, maka hal itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim) 



Betul nyata lingkaran ini
Juli 2010

Comments

Post a Comment