Pengantin Ja Go (Jawa Gorontalo)
“ko kamu ga bales sms ku siy” pulang kantor dah bersungut-sungut.
“yah afwan beib hp ku dikamar ga kedengeran,emang kenapa?”
“kita diundang pak Suharso syukuran jadi menteri di hotel Nikko yang deket bundaran HI, abis maghrib kita kerumah ‘udang’ ”
“pak menteri perumahan rakyat itu ya…sodaramu juga ya… eh btw minta jatah rumah rakyat ja sama dia beib…”
“sst udah ah ayo siap siap dah jam 5”
Hmm… ternyata suamiku punya banyak saudara pejabat, termasuk Fadel Muhammad dan Rahmad Gobel direktur Panasonic. Kata suami, yang kenal pejabat-pejabat Gorontalo itu almarhum kakeknya, deket sama pak Habibie, waktu kakeknya meninggal pak Habibie datang, dan memang termasuk tokoh di masyarakat Gorontalo.
Sampai juga di hotel Nikko, suasana Jakarta jum’at malam tak bedanya saat pagi, siang, sore, macet dimana-mana. Masuk Lobby trus isi tamu undangan. Keluarga Nento, keluarga suamiku. Nento, Muhammad, Habibie, Gobel itu disebut nama ‘fam’, ya seperti marga gitu, tapi bukan juga. Kalau fam nama keluarga, tapi marga nama tempat.
Sepertinya benar kata orang-orang, kalau orang seberang seperti Gorontalo dan Makassar suka pesta, ya walau tak semua begitu, yah seperti di hotel ini, syukuran aja dihotel segala, biayanya berapa, kan sayang, mending untuk membantu rakyat miskin atau disedekahin. Aku pribadi ga begitu suka, karena kalau acara begini, tidak bisa dipungkiri orang-orang berlomba tampil mewah dan glamor, aku jadi berfikir pantas saja di Indonesia orang miskin dan orang kaya tidak merata, artinya yang kaya, kaya banget, yang miskin, miskin banget, karena yang kaya hanya bergaul dengan yang kaya, sehingga dalam fikiran mereka, bagaimana tampil paling glamor dan setara dengan orang kaya lain.
Aku sebagai orang jawa, jarang sekali ada pertemuan mewah seperti ini, apa memang saudaraku tidak ada yang pejabat, hehe. Kalau kata suami “ memang dari dulu kultur yang terbentuk seperti itu. Orang jawa penuh dengan sopan santun dan ga’ enakan, sungkeman, cium tangan, dll. Karena memang mungkin sejak dahulu orang jawa itu ibaratnya sebagai rakyat. Nah beda sama orang-orang Kalimantan dan Sulawesi yang memang keturunan raja-raja, jadi karakternya mirip raja, kalau bicara logatnya keras dan terkesan kasar, walaupun ga semua begitu, memusingkan status sosial, suka pesta dan ukurannya harta”. Hmm betul juga, tetapi ya jelas tidak semua begitu, apalagi jika pemahaman Islamnya kental, mungkin tak beda perilaku orang Kalimantan, Sulawesi, maupun Jawa, dekat dengan akhlak Islami.
Untuk orang-orang keturunan Gorontalo yang beristrikan atau bersuamikan orang Jawa, misalnya Jawa Tengah, Betawi, Sunda, dll, mereka terbiasa menghadiri pesta-pesta kumpul keluarga sendirian, karena memang ada sebagian pasangannya yang tidak menyukai acara-acara seperti itu, seperti tanteku dari suami, yang datang sendirian karena suaminya ga suka pesta-pesta seperti itu yang notabene orang betawi asli, trus bagaimana dengan aku, sebenarnya kita berdua paling enggan datang keacara seperti ini, tetapi jika orangtua yang meminta ya nurut saja. Dan ternyata suamiku tidak banyak kenal saudaranya, hanya orangtuanya saja, mungkin anak-anak mereka tidak melanjutkan silaturrahim ini, sehingga kalau yang anak mudanya tidak banyak saling kenal. Padahal menurutku sayang juga jika tidak diteruskan silaturrahimnya.
Sudah jam sembilan malam masih juga pidato, setelah pak Suharso kali ini pak Fadel… duh pegal, karena yang datang banyak dan jumlah kursi terbatas, jadinya berdiri, sepertinya banyak yang tidak di undang tapi datang, ya kaya aku dan suami ini, hehe. Tidak lama kami keluar ruangan dan duduk saja di lobby, menikmati hiruk Jakarta malam hari.
Pada akhirnya kami pulang tanpa mencicipi makanan karena sudah malam dan ramai juga, males ngantri, lagian tante juga hanya memberi selamat trus pulang, padahal sengaja dari rumah ga makan dulu. Sampainya dibekasi langsung saja kami mampir beli nasi goring ‘kumis’ deket rumah, hidup nasi goreng!
23 Oktober 2009
Sepasang itik ditengah bebek
Ass.....
ReplyDeleteCeritanya sangat hebat dan 99% betul. Klo org Gorontalo sukanya pesta2 apalagi yg bikin pesta orang kaya ato juga pejabat, pasti org gorontalo pada datang, tolong tanya sama suami Anda apa benar dia pernah bertemu sama Suharso Monoarfa atau Rahmad Gobel atau Pak Habibie ??? tapi bertemunya bukan di pesta..... bertemunya di rumah. Klo suami anda pernah ke rumahnya berarti dia benar2 kenal, bukan kenal karena dia udah jadi orang kaya..... ato jadi pejabat.
Klo saya sich emang pernah ke rumah mereka, tapi klo suharso udah jadi pejabat saya ngga mau datang, ntar disangkanya mau cari muka ato mau cari2 biar dapat rumah he he he .....
Dan saya satu2nya orang (mungkin) yang tidak suka dengan cara2 pestanya orang Gorontalo "Klo yg pesta orang kaya pasti datang, klo orang miskin, ntar dulu". Saya juga ngga mau kawin sama orang Gorontalo, makanya saya kawin dgn orang Minang.... he ... he ... he...
Saya adalah anak ke-6 dari yang anda ceritakan bahwa "waktu kakeknya meninggal pak Habibie datang, dan memang termasuk tokoh di masyarakat Gorontalo."
Trims, Wass.....
hehe yang punya gorontalo dateng...
ReplyDeleteMasa iya bener gitu ya om?
Tapi bagus kalo acara kumpul kumpul keluarga begitu,biar pada kenal,tapi mungkin jangan pesta...
hehe yang punya gorontalo dateng...
ReplyDeleteMasa iya bener gitu ya om?
Tapi bagus kalo acara kumpul kumpul keluarga begitu,biar pada kenal,tapi mungkin jangan pesta...
hehe yang punya gorontalo dateng...
ReplyDeleteMasa iya bener gitu ya om?
Tapi bagus kalo acara kumpul kumpul keluarga begitu,biar pada kenal,tapi mungkin jangan pesta...
Hehe boleh lah ceritanya. Kalo saya cukup tau saja lah keluarga yang sukses siapa2. Tidak menutup kemungkinan jika mulai dari nol atau seperti merantau untuk kerja sperti saya bisa mengikuti jejak senior2 nento atau panigoro dll yg sudah sukses. Intinya jangan menyombongkan diri akan gelar atau nama keluarga yang di pikul. Tp bgmna bisa berbuat baik dan sukses dunia akhirat. Wss
ReplyDeleteHeheheh..
Hehe boleh lah ceritanya. Kalo saya cukup tau saja lah keluarga yang sukses siapa2. Tidak menutup kemungkinan jika mulai dari nol atau seperti merantau untuk kerja sperti saya bisa mengikuti jejak senior2 nento atau panigoro dll yg sudah sukses. Intinya jangan menyombongkan diri akan gelar atau nama keluarga yang di pikul. Tp bgmna bisa berbuat baik dan sukses dunia akhirat. Wss
ReplyDeleteHeheheh..