Mbah Kung Juara Satu
entah kenapa hati ini selalu sedih kala mengingat ayah...seperti saat itu dalam perjalanan setelah berkunjung dari Jakarta Fair. Perjalanan menyusuri jalur tanjung priok-bekasi. jalur yang setiap hari dilalui ayah dengan vespa merahnya, yang setiap pagi harus di sela beberapa kali agar bisa berderu. tak jarang juga mati mesinnya ditengah jalan, terbayang ayah sedang menuntun vespa dengan tubuhnya yang kecil dan melelah.
sekian tahun, mengapa diri ini baru menyadari jauhnya dan begitu harus payahnya perjalanan ayah untuk bekerja demi sebuah keluarga kecilnya. tergambar wajah yang mengerut namun tetap tegas menyusuri jalan bekasi-tanjung priok, yang malamnya saat perjalanan pulang lebih sering berdampingan dengan truk-truk barang kontainer, yang mungkin tersenggol sedikit saja maka..
ah ayah, kenangan bersamamu masih saja terngiang dalam pikiran anak perempuanmu ini. ketika kau tak pernah menolak saat di minta mengajari PR matematika walaupun kau sedang asik membaca atau menonton, dan ternyata dengan begitu putri kecilmu ini menjadi sangat menyukai matematika hingga sekarang ia menjadi guru matematika. Ketika kau kadang mengusap lembut kepalaku sambil bergumam entah apa, tetapi ku yakin itu adalah beribu do’a, yang mungkin keadaanku hari ini adalah berkat do’amu waktu itu. Ketika kau tak pernah memukul atau berkata-kata marah ketika ku pulang larut malam masih berbalut seragam, kau hanya melihat dengan tajam, dan itupun cukup bagiku untuk mengartikan maksudmu, ketika kau selalu mendukung apapun pilihan yang telah anakmu ambil, sekolah, ekskul, teman.
ayah, engkau tak pernah mengeluh walau tiap malam batuk-batuk sering membangunkan tidurmu, lelah tak kau rasakan hingga tertidur di sofa. Hingga saat itu ketika anakmu ingin pamit berangkat kuliah, kau masih terlelap dalam diam dan tak kunjung menjawab, hingga memang saat itulah pamit ku kepadamu untuk terakhir kalinya…innalillahi wa inna ilaihi roji’uun…
kau pergi tanpa member pesan terlisan, tanpa tanda-tanda, bahkan malam sebelumnya kita berbincang-bincang, sekeluarga sambil menonton, pemandangan yang mungkin jarang tergambar karena seringnya aku pulang larut malam atau kau yang pulang terlambat.
ayah, semoga husnul khotimah keadaan terbaikmu saat itu, kau meninggalkan kami tanpa memberikan beban, kau meninggalkan kami setelah dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar walaupun baru beberapa tahun lalu kau belajar tanpa malu-malu. Ayah, kau pergi setelah mengantarkan anak-anakmu hingga kuliah. Ah ayah, begitu sebentarnya waktu-waktu saat bersamamu…begitu kurangnya bakti ku padamu…
tiga tahun berlalu semenjak kepergianmu, saat-saat bahagia ku lewati tanpa mu… Allah..titipkan salam dari anaknya dan menantunya, dari dosen pembimbing. Ayah..aku telah menikah dengan laki-laki sholeh dan penyanyang, aku telah lulus kuliah sarjana dan memilih menjadi pendidik…
kelak, jika aku di berkahi anak sholeh dan sholehah, kan ku dongengkan kisah ayah juara satu yang tak lain adalah kakeknya, mbah kung.
Sing a nasyid: Allahummaghfirlanaa wali wali daynaa warhamhumaa kamaa robbayaana shighoro… (nasyid alif.mp3)
Oktober 2010
Allah…tempatkan ayah ku di sebaik-baik tempat
Sinari dengan cahaya-Mu
Aku merindukannya
amin...moga ayahnya mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.
ReplyDeleteayah selalu menjadi sang juara :D
aamiin...^^
ReplyDeleteaamiin:)
ReplyDeleteMakasi mba yayah...
DeleteKangen ih sama dikau
Makasi mba yayah...
DeleteKangen ih sama dikau
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete