First Flight (Kita Kecil Banget)

Ini pengalaman pertamaku naik pesawat..hehe norak ya...
mudik pertama bareng my soulmate ke wonogiri, kampungku. Kalau kampung suami di gorontalo, jadi ke yang dekat dulu sambil kumpulin modal lagi. Sebenarnya ga berencana mudik, pertengahan ramadhan tiba-tiba pengen kesana karena ibuku sama abang juga kesana. Langsung cari-cari info tiket, ga minat sama sekali naik bus, karena pasti bakal macet banget. Pilihannya kereta atau pesawat. Telepon sana sini, eh udah kehabisan tiket sebelum lebaran, diputuskan berangkat ba'da lebaran, hunting lagi, eh malah dapet tiket pesawat yang lebih murah dari kereta, ya sudah langsung booking, pesawat Sriwi(tuut).

Asiknya sekarang bus DAMRI yang ke bandara, tadinya di GIANT Bekasi, sekarang pindah ke sub terminal Kayuringin, alias deket banget sama rumah ku. Dapet pesawat jam 5 sore, dah berangkat dari Bekasi jam 2, hampir aja ketinggalan DAMRI, alhamdulillah pas banget bus mw keluar, becak kita sampai.

Kalau naik bus DAMRI harus muter-muter dulu kesetiap terminal, tapi karena kita di terminal 1 jadi ga perlu muter muter. Sampai jam 3 di bandara, hmm masih rame aja soetta ba'da lebaran. Check in satu jam sebelum take off, satu koper, tas ransel besar satu, dan tas jinjing satu, mudah-mudahan cukup untuk bekal satu minggu.

Menurut beritanya, pajak bandara harus turun, tapi ternyata belum turun, 40 ribu. Sebenarnya jatuh harganya sama kaya naik kereta. Naik kereta 430 ribu, pesawat 370 ribu tambah pajak 40 ribu tambah lagi DAMRI 30 ribu, tetapi kan waktu nya itu lebih singkat pesawat, jadi ya ga rugi juga.

Menunggu dan menunggu, diluar hujan deras, sudah jam 5, belum datang juga, ternyata delay, sayangnya tidak ada informasi apapun dari pihak Sri--- dan mestinya dapet makan besar untuk kompensasi keterlambatan dan juga pesawat malam. Pesawat tiba jam setengah tujuh, katanya dari Aceh. Karena hujan, jalan kepesawatnya naik bus. Aku dapat di dekat jendela, hmm sesuai yang aku harapkan, karena telah membayangkan indahnya malam hari di bumi dilihat dari langit.

Kata orang, masa-masa kritis pesawat itu saat take off dan landing, benar juga, berguncang, aku sangat menghayati tiap gerakannya saat akan mengudara, dan kemudian..aku terbang dan menyaksikan perlahan-lahan ribuan lampu dan gedung mengecil. Perasaanku sebenarnya takut, takut jatuh, hehe. Ga kebanyang deh jatuh dari ketinggian yang begitu tinggi, Allah benar Maha Tinggi.

Pesawat itu transportasi paling cepat dan aman, namun resikonya paling tinggi. Ya iyalah, kalau jatuh...hik. Kalau transportasi yang paling tidak aman adalah motor, kata orang loh.

Dalam diam ku mengamati Jakarta dari atas, terlihat arus balik dengan lampu-lampu berjajar, masih padat. Lambat laun, pemandangan gedung dan lampu mengecil dan hilang di telan awan. Mungkin kalau siang akan terlihat putih atau abu-abu, ingin juga naik pesawat siang hari.

Subhanallah..begitu kecilnya kita, ibaratnya, kalau kita raksasa, tinggal disentil pakai jari saja, maka akan berantakan gedung-gedung dan rumah-rumah. Allah...sang Maha Tinggi, sang Maha Besar, memang sama sekali tak pantas kita menyombongkan diri, demi Allah.

“Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat”. [HR. Bukhari, no. 5789; Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim]

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin ketinggian (menyombongkan diri ) dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. [Al-Qashash/28: 83]



idul fitri 1431 H

Comments

Post a Comment