berhentilah "membuang sampah" ke muka orang lain
Apa yang terjadi jika ada seseorang yang membuang sampah tepat di muka kita? reaksi dari setiap orang mungkin akan berbeda-beda. Ada yang langsung membalas melempar sampahnya, ada yang menangis karena tidak bisa membalas, ada yang bengong karena tak percaya, bahkan mungkin ada yang tersenyum saja.
Terkadang kita tak menyadari bahwa kita telah melempar sampah kita ke muka orang lain. Sampah kepunyaan kita sendiri. Kisah singkat berikut ini saya ambil dari milist tetapi karena emailnya hilang jadi saya tulis kembali sesuai dengan yang saya ingat dengan penambahan yang insya Allah tidak mengurangi makna dari kisah tersebut. Kisah ini adalah pengalaman dari teman saya.
"Suatu pagi, saya ingin berangkat kerja dengan menggunakan taksi. Tidak sulit untuk mendapatkan taksi di daerah ibu kota, sehingga tidak perlu menunggu lama untuk bisa berada dalam kendaraan umum yang nyaman seperti taksi.
so far so good jalanan jakarta. Namun tiba-tiba entah bagaimana detailnya taksi saya serasa ada yang menabrak dari depan. Kemudian tiba tiba keluar kepala dari mobil depan dan langsung saja marah-marah kepada supir taksi saya. Bapak supir dengan tenangnya membuka jendela pintu dan mengeluarkan kepalanya dan tersenyum saja sambil meminta maaf. Saya heran karena jelas-jelas taksi kita tidak salah, merekalah yang menabrak kita. Apa mungkin karena hanya supir taksi sedangkan dia bos, sehingga bisa menyalahkan orang seenaknya.
Kemudian saya bertanya,
"bapak ko hanya tersenyum saja dan meminta maaf, padahal kan bukan kita yang salah pak?"
"saya hanya sedang belajar untuk tidak membuang sampah kepada orang lain mba"
"maksudnya?"
"iya, terkadang secara tidak sadar telah membuang sampah kita kepada orang lain, karenanya kita telah menghilangkan kesenangan dan kebahagiaan orang lain. Padahal karena masalah pribadi yang telah membuat kita berwajah masam, marah-marah, menyumpah serapah, menurut saya hal itu adalah sampah pribadi kita yang kadang kita buang ke orang lain, sehingga orang lain kena baunya yang ga enak. Yang tadinya mungkin sedang bahagia, tiba2 kita merusaknya dengan membuang sampah-sampah itu. Saya sekarang sedang belajar supaya orang lain tidak kena sampah saya"
dalam hati aku kagum dengan bapak supir ini karena begitu bijak...
dan mulai sekarang aku juga akan belajar untuk berhenti buang "sampah", betapa indahnya dunia ini tanpa "sampah"
Saya ingat kisah ini ketika tadi pagi saya tak sengaja membuang "sampah" kepada suami saya, orang terdekat saya, padahal pagi hari adalah saat yang tepat untuk mengawali hari dengan semangat dan kebahagiaan, berharap sepanjang hari akan penuh dengan senyuman. Namun saya telah merusaknya karena "sampah" saya...
31 Mei 2010
Comments
Post a Comment